Di Balik Jatuhnya Konstantinopel (2)


KONSTANTINOPEL, menurut Turnbull, selalu dibesar-besarkan terkait dengan kondisi strategis dan topografis sementara poin negatif dari kota ini selalu terabaikan dalam rangka untuk menggambarkan kota ini sebagai kota yang sempurna dengan pertahanan strategis alami. Beberapa sejarawan, seperti Polybius yang hidup pada abad ke-2 SM, menganggap lokasi kota Konstantinopel itu memang disukai untuk keamanan dan kemakmuran dalam kaitannya dengan wilayah lautnya tetapi terkait dengan lokasi daratannya kota ini dianggap sangat tidak menguntungkan dari sisi keamanan.
Hal ini menjelaskan mengapa Kaisar Konstantin membangun tembok perkasa atau benteng yang mengelilingi kota untuk melindungi kota dan mengurangi kerentanan atau ancaman yang tinggi dari sisi darat.

Menambah kerentanan geografis ini adalah sengketa doktrinal agama yang berkepanjangan antara Gereja Katolik Roma di bawah otoritas Kepausan di Roma dan Gereja Ortodoks Yunani Timur dibawah kewenangan Uskup Konstantinopel. Konflik terkait doktrin Kristen juga melibatkan para kaisar penguasa Konstantinopel dalam pertikaian agama semenjak dari Constantine I sampai para penerusnya.
Salah satu isu yang memecah belah pengikut agama Kristen Roma dan Ortodoks adalah terkait dengan larangan Alkitab terhadap penyembahan berhala. Selain itu, para uskup dan paus juga memperdebatkan tentang siapa yang harus mengontrol gereja di wilayah Balkan yang terletak di antara wilayah otoritas keduanya.

jatuhnya konstantinopel2 490x326 Di Balik Kejatuhan Konstantinopel (2)
Konflik atas doktrin Kristen mencapai titik kulminasi pada tahun 1054 ketika kepala dari Gereja Ortodoks di Konstantinopel, Uskup Michael I Cerularius menulis surat kepada Paus Leo IX untuk mengutuk praktek Gereja Roma dalam apa yang disebut sebagai “daftar kesalahan dari orang Latin.” Paus Leo IX mengirim tiga delegasi untuk menyampaikan tanggapannya terhadap surat sebelumnya. Sebelum memberikan surat itu, berita datang bahwa Paus telah meninggal dan para delegasi dan Uskup memperdebatkan doktrin tanpa hasil apapun.


Para delegasi masuk ke dalam Gereja Hagia Sophia dan mengumumkan secara resmi pengkafiran Uskup Konstantinopel dari lingkungan Gereja Kristen. Pada gilirannya, Uskup turut mengkafirkan para delegasi. Hal ini menyebabkan apa yang dikenal sebagai Skisma Besar (Perpecahan) yang akan mempengaruhi situasi politik di Byzantium dan Timur Tengah di abad-abad mendatang.
Pada 1199, Perang Salib Ke-Empat diserukan oleh Paus Innocent III sebagai perang suci untuk mengambil alih kendali Yerusalem dari orang-orang kafir Muslim. Tidak sebatas itu, paus juga menyatakan perang melawan kaum pembuat bidah dan lawan-lawan politiknya yang termasuk kaum Muslim, kaum Slavia, kaum Mongol, para kaisar Hohenstaufen atau kaum Cathar pembuat bidah. Pada 1202, meskipun diumumkan atas dasar slogan agama pada awalnya, tentara salib dalam perjalanan ke Yerusalem pada kenyataannya terlibat dalam penyerangan yang buruk dan tidak bermoral terhadap kota-kota Kristen Zara dan Konstantinopel serta terlibat juga dalam intrik-intrik politik antara para penguasa Bizantium. Penyerangan itu berakhir dengan tentara salib menyerang dinding Konstantinopel pada tanggal 8 April 1204.

Jumlah para pelindung kota Konstantinopel pada awalnya melampaui jumlah para penyerang dari tentara salib. Namun pada tanggal 12 April, beberapa tentara salib berkuda berhasil memasuki kota melalui gerbang kecil di dinding yang telah disegel. Para pelindung kota tiba-tiba melarikan diri setelah diserang oleh para tentara salib. Semakin banyak tentara salib memasuki kota. Orang Yunani mengenakan pakaian terbaik mereka dan berbaris di jalan-jalan untuk menyambut para pemimpin Latin baru. Namun yang terjadi para tentara salib itu bertindak dalam cara yang sangat biadab sampai-sampai mereka tidak melepaskan seorang manusia pun atau sesuatu apapun, bahkan tidak pula Gereja Hagia Sophia. Tentara salib ini tidak menaruh rasa hormat sama sekali terhadap gambar atau relik suci, mereka juga tidak ada belas kasihan terhadap pelayan yang tidak bersalah atau para perawan yang mengabdikan diri kepada Tuhan.
Bersambung...

0 Response to "Di Balik Jatuhnya Konstantinopel (2)"

Post a Comment